Orang Ini Bangga Bisa Menjadi Teman Ganjar Pranowo Muda

Teman Ganjar Pranowo Muda di desa. Hari ini Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menyempatkan melihat tempat tinggal masa kecilnya di sela kunjungan kerja di Kabupaten Karanganyar. Ganjar kaget dikala ia disapa oleh pria berkulit hitam yang ternyata kawan satu bangku waktu SD.

Orang Ini Bangga Bisa Menjadi Teman Ganjar Pranowo Muda

"Lho, kowe Kamso, to? Kok tuo men?" kata Ganjar sambil tertawa dan langsung melingkarkan tangannya ke pundak pria itu.

Pertemuan berikut berlangsung dikala Ganjar melihat tempat tinggal di RT 3 RW 2, Desa Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu. Rumah yang waktu ini tetap dibangun berikut merupakan area tinggalnya sejak lahir.

"Saya lahir di sini, ini tempat tinggal kontrakan tetap saya pindah. Sekarang dibeli kakak," kata Ganjar sambil berkeliling ke sudut-sudut ruangan.

Keluar dari tempat tinggal tersebut, seorang wanita bersama dengan mengenakan celemek putih memanggilnya. "Pak Ganjar, saya Menuk, temen SD," ujar wanita itu.

Mereka pun berbincang asyik sambil mengenang teman-teman semasa bersekolah di SD Tawangmangu 1-2. Ternyata di antara para siswi, Ganjar sebetulnya dikenal ganteng dan baik.

"Dari kecil sebetulnya telah tampak ganteng. Kalau sekolah itu ampir-ampiran soalnya sekolahnya dekat," kata Menuk.

"Iya tetap jikalau berangkat sekolah sepatunya dijinjing," imbuh Ganjar.

Tidak lama kemudian, Kamso menyusul datang. Ganjar pun sumringah melihat temannya itu. Bahkan Ganjar dan Kamso memperagakan permainan masa kecil mereka, Patangan. Permainan berikut adalah adu cepat memegang kepala dan kaki lawannya.

"Cah iki mbiyen mbelinge pol (anak ini dulunya nakal sekali). Aku kelingan mbiyen dolanan Pratang, ngene ki lho (aku ingat sekali dulu main patangan seperti in)," kata Ganjar sambil mempraktikkannya.

"Dulu terhitung nakal, serupa saya, hahaha," timpal Kamso.

Suasana ceria itu tiba-tiba berhenti sejenak dikala Kamso menceritakan nasib anak pertamanya yang perlu berhenti sekolah di tingkat SMP. Mata pencaharian sebagai buruh bangunan tidak cukup untuk cost sekolah.

"Harus sekolah ya, turut kejar paket saja. Ini bilang pak Bupati (Juliatmono). Tak ragati, tak bayari sekolahe," kata Ganjar.

Usai temu kangen bersama dengan teman-teman SD-nya, Ganjar melaju sekitar 200 meter menuju tempat tinggal di RT 05 RW 2 No 128 Desa Tawangmangu. Rumah yang kini ditinggali keluarga Jumali itu dulunya ditinggali Ganjar dan keluarganya sehabis ganti dari tempat tinggal kontrakan.

Rumah berikut menurut Ganjar tidak banyak berubah, ia pun menelusuri setiap ruangan dan halaman belakang tempatnya nongkrong melihat pemandangan hutan. Pria kelahiran 28 Oktober 1968 itu terhitung mengenang segi luar tempat tinggal tempatnya mandi.

Ganjar terhitung sempat bertemu mbah Kromo (88), wanita yang mengasuhnya sejak kelas 2 SD. Wanita renta itu menatap Ganjar bersama dengan kagum gara-gara anak nakal yang dulu senantiasa bersamanya telah jadi orang no satu di Jateng.

"Suka hujan-hujanan, namun dia anaknya sebetulnya pintar. Sudah lama sekali saya tidak ketemu," kata mbah Kromo.

Setelah datang ke tempat tinggal masa kecilnya, Ganjar terhitung menyempatkan diri berkunjung ke SD Tawangmangu 1-2. Di sekolah itu Ganjar sempat melihat-lihat keadaan sekolah, studi bersama dengan siswa SD, berfoto, dan memberi tambahan dukungan alat-alat olahraga.

Usai napak tilas di tempat-tempat kenangan, suami dari Siti Atikoh itu kembali melanjutkan kunjungan kerjanya di Karanganyar.